Jan 13, 2009

Surah An Najm Ayat 35 Hingga 42

Salam

ana harap dapat kiranya ahli panel memberi tafsiran akan ayat ayat dari surah AN-NAJM bermula ayat 35 hingga ayat 42 supaya ana mengambil pengajaran dan peringatan darinya. ana ni orang jahil.
-----

wa'alaikumussalam

Alhamdulillah. Kami akan cuba menjawab soalan anda dengan kadar kemampuan yang ada, Insya-Allah.

Ayat 35 surah al-Najm ini mempunyai kaitan dengan dua ayat sebelumnya. Secara umum tafsir ini diambil dari Tafsir Ibn Kathir (Tafsir al-Quran al-Azhim) kerana batasan masa dan ruang disini.

أَفَرَأَيْتَ الَّذِي تَوَلَّى. وَأَعْطَى قَلِيلًا وَأَكْدَى. أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَى.

"Adakah engkau mengetahui (keburukan) orang yang berpaling (dari menurut kebenaran kerana dia dihasut)? Dan setelah dia memberi sedikit pemberiannya, dia memutuskannya (kerana menurut hawa nafsunya)? Adakah dia mempunyai pengetahuan mengenai perkara yang ghaib sehingga dia dapat mengetahui (bahawa orang lain boleh menghalang gantinya dari apa yang akan menimpanya pada hari akhirat)?" [Surah al-Najm : 33-35]

Tafsir :-

Menurut Mujahid dan Ibnu Zaid ayat ini turun pada peristiwa Walid bin Mugirah. Dia telah mendengar bacaan Nabi saw dan selalu mendampingi beliau dan menerima nasihat-nasihat dari padanya sehingga hatinya tertarik kepada Islam dan Nabi juga mengharapkan keimanannya. Kebetulan seorang musyrik yang mengetahui keadaan Walid mencelanya, mengatakan, "apakah akan engkau tinggalkan agama nenek moyangmu? Kembalilah kepada agamamu dan terus berpegang kepadanya, saya akan menanggung semua yang merisaukan kamu di akhirat nanti, dengan balasan engkau berikan kepadaku. Walid bersetuju dengan pelawaan ini, lalu ia menarik kembali keinginannya memeluk agama Islam. Dengan demikian jadilah dia seorang sesat yang nyata dan dia telah menyerahkan sebagian balasan yang disetujuinya kepada orang yang dijanjikannya dan disimpan bagian yang lain.

Apakah dia tahu keadaan orang musyrik ini? Tahukah dia tentang perkara ghaib?. Dia hampir saja menjadi seorang mukmim dan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi saw, lalu salah seorang dari syaitan-syaitan manusia menggodanya agar dia jangan menerima dakwah yang menghimbaunya dan ia hendaknya kembali saja kepada agama nenek moyangnya. Seseorang akan memikul dosa-dosanya bila Walid bin Mugirah sudi menyumbangkan sedikit dari hartanya, Dia menerima gagasan tersebut, tetapi ia hanya memberikannya sekali sahaja, dan tidak diberikan lagi selepas itu. Apakah dia mengetahui sesuatu yang ghaib, iaitu temannya itu dapat memikul dosa-dosanya yang ditakutinya pada Hari Kiamat nanti?

Kemudian Allah menegaskan bahwa syariat-syariat terdahulu yang mereka ketahui tidak membenarkan tentang pemikulan dosa oleh orang lain dengan firman-Nya berikutnya (ayat yang seterusnya)
------------------------------

أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى. وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى.

"Atau belumkah dia diberitahu akan apa yang terkandung dalam Kitab-kitab Nabi Musa; Dan juga (dalam Kitab-kitab) Nabi Ibrahim yang memenuhi dengan sempurnanya (segala yang diperintahkan kepadanya)? " [Surah al-Najm : 36-37]

Tafsir :-

Pada ayat ini dijelaskan tentang ketentuan-ketentuan syariat Ibrahim yang telah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, telah menyampaikan risalahnya menurut tugasannya, sebagaimana yang dimaksud oleh ayat:

وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال إني جاعلك للناس إماما

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangannya), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". [Surah Al-Baqarah: 124].

Ibnu 'Abbas ra. menyatakan bahawa, Ibrahim telah menjalankan semua gagasan Islam yang sebanyak 30 macam yang tidak pernah dijalankan oleh Nabi lainnya. 10 gagasan tersebut dalam surah Bara'ah ayat 111 dan 112. Dalam ayat pertama tersebut hanya satu gagasan sahaja iaitu, berperang pada jalan Allah lalu ia membunuh atau terbunuh, sedang dalam ayat ke dua tersebut terdapat sembilan gagasn, iaitu orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang ziaraht, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah kemungkaran dan yang memelihara hukum-hukum Allah, dan gagasan yang ke 10 di surah Ahzab, pada ayat 35, yaitu laki-laki dan wanita muslim, laki-laki dan wanita yang mukmin, laki-laki dan wanita yang khusyuk, laki-laki dan wanita yang bersedekah, laki-laki dan wanita yang berpuasa, laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan wanita yang banyak menyebut (nama) Allah, dan 6 perkara didalam surah Al Mukminun, dari ayat 2 sampai dengan ayat 9, yaitu; orang-orang yang khusyuk dalam solat, orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, orang-orang yang menunaikan zakat. orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki (hamba) maka sesungguhnya mereka bukan orang yang tercela. Barang siapa mencari yang sebaliknya, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, dan orang-orang yang memelihara amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, orang-orang yang memelihara solatnya.

Dan 4 macam dalam surah Al Ma'arij, yaitu mulai dari ayat 26 sampai dengan ayat 33; orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya, karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya), orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali kepada isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka bukan orang yang tercela.

Barang siapa mencari selain daripada itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.

Di khususkan Ibrahim dengan sifat-sifat tersebut, karena beratnya dugaan yang telah beliau alami ketika turunnya perintah menyembelih putranya iaitu Nabi Ismail yang sudah jelas ceritanya.

Adapun sebab menyebutkan syariat dua Nabi ini saja, karena orang-orang musyrik mengaku bahwa mereka adalah pengikut Ibrahim, sedangkan Ahli Kitab mengaku bahwa mereka pengikut Taurat dan lembaran-lembarannya yang masih dekat masanya dengan mereka. Kemudian Allah menyatakan isi dari kedua syariat tersebut dalam ayat 38 dan 39 berikut.

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

"(Dalam Kitab-kitab itu ditegaskan): Bahawa sesungguhnya seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa perbuatan orang lain (bahkan dosa usahanya sahaja); " [Surah al-Najm : 38]

Tafsir :-

Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Setiap orang yang mengerjakan dosa karena kekafirannya atau karena kemaksiatannya maka dia sendiri yang memikul dosanya, dan tidak akan dipikul oleh orang lain, sebagaimana firman Allah swt :

وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى

"dan jika seseorang yang berat tanggungnya (dengan dosa), memanggil (orang lain) untuk menolong memikul sama bebanan itu, tidak akan dapat dipikul sedikitpun daripadanya, walaupun orang yang diminta pertolongannya itu dari kerabatnya sendiri" [Surah Fathir : 18].
-----------------------

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa yang diusahakannya; " [Surah al-Najm : 39]

Tafsir :-

Ayat ini Allah menjelaskan bahwa setiap perbuatan baik manusia itu hanya memperoleh ganjaran hasl dari usahanya sendiri. Dari ayat tersebut, Imam Malik rh. dan Imam Syafie rh. memahami bahwa tidak sah menghadiahkan pahala amalan orang hidup berupa bacaan Al-Quran kepada orang mati, kerana ia bukan perbuatan dan usaha mereka.

Begitu pula seluruh ibadat badaniah, seperti solat, haji dan tilawah, karena Nabi saw tidak pernah menyatakan yang demikian kepada umat. Baginda tidak pernah menyuruhnya secara sindiran dan tidak pula dengan perantaraan nas dan tidak pula para sahabat menyampaikan kepada kita, sekiranya tindakan itu baik, tentu mereka telah terlebih dahulu mengerjakannya. Adapun mengenai sedekah, maka pahalanya sampai kepada orang mati, sebagaimana Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda:

إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: ولد صالح يدعو له وصدقة جارية من بعده وعلم ينتفع به

"Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka putuslah semua amal perbuatan (yang menyampaikan pahala kepadanya) kecuali tiga perkara, anak yang soleh yang berdo'a kepadanya, sedekah jariah dan ilmu yang dapat diambil manfaat dari padanya." [Hadith Riwayat Muslim].

Sebenarnya ini semua termasuk usaha seseorang, titik peluh usahanya, sebagaimana tersebut dalam hadith (Lihat Tafsir Al Maragi, hal. 66, juz 29, jilid IX)

إن أطيب ما أكل الرجل من كسبه وإن ولد الرجل من كسبه

"Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil usahanya sendiri dan anaknya termasuk usahanya juga. "

Sedekah jariah seperti wakaf adalah kesan/bekas usahanya, sebagaimana firman Allah swt :-

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ

"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami tuliskan segala yang mereka telah kerjakan serta segala kesan perkataan dan perbuatan yang mereka tinggalkan" [Surah Yasin: 12].

Ilmu yang disebarkan lalu orang-orang mengikutinya dan mengamalkannya termasuk juga usahanya. Dan telah diriwayatkan di antaranya hadith sahih:

p
من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجر من اتبعه من غير أن ينقص ذلك من أجورهم شيئا

"Orang yang mengajak kepada suatu petunjuk maka baginya pahala yang serupa dengan pahala orang yang mengikut petunjuknya itu, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti sedikitpun" [Hadith Riwayat Muslim].

Imam Ahmad bin Hanbal dan golongan besar dari para ulama Mazhab Syafie berpendapat bahwa pahala bacaan sampai kepada orang mati, bila bacaan itu bukan dengan upah. Tetapi bila bacaan itu dilakukan dengan upah, sebagaimana biasa terjadi sekarang, maka pahalanya tiada sampai kepada orang mati. Apabila tiada pahala, maka hukumnya haram mengambil upah untuk membaca Al-Quran. Akan tetapi seseorang itu dibenarkan mengambil upah apabila dia mengajar al-Quran.

وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى

"Dan bahawa sesungguhnya usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya, pada hari kiamat kelak); " [Surah al-Najm : 40]

Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa amalan seseorang itu akan diperlihatkan di hari kiamat/mahsyar sehingga semua orang melihatnya. Ini menunjukkan tanda penghormatan bagi orang-orang baik dan penghinaan bagi orang-orang jahat, seperti firman Allah swt :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan katakanlah (wahai Muhammad): Beramallah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan". [Surah al-Taubah : 105].

--------------------

ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى

" Kemudian usahanya itu akan dibalas dengan balasan yang amat sempurna; " [Surah al-Najm : 41]

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan membalas amal perbuatan seseorang dengan balasan yang lebih sempurna, iaitu dengan melipat-gandakan baginya sesuatu perbuatan baik sehingga 700 kali dan membalas segala kejahatan dengan yang serupa atau diberi pengampunan. Ini dijelaskan dialam firman Allah swt :

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ.

"Khabarkanlah kepada hamba-hambaKu (wahai Muhammad), bahawa Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani (bagi mereka yang bertaubat dan beramal soleh). Dan bahawa azabKu, ialah azab yang tidak terperi sakitnya, (bagi mereka yang tetap dalam kederhakaannya). " [Surah al-Hijr : 49-50]

-----------------------

وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى

"Dan bahawa sesungguhnya kepada hukum Tuhanmu lah kesudahan (segala perkara);" {Surah al-Najm : 42]

Ayat ini menjelaskan bahawa Allah merupakan tempat kembali segala sesuatu di Kiamat, dan Allah akan menghisab sekecil-kecil dan sebesar-besar amalan seseorang, lantaran dia akan memberi pahala atau siksaan sesuai dengan perbuatan masing-masing.

Ayat ini merupakan ancaman keras bagi setiap orang dan rayuan bagi orang-orang soleh dan sebagai penghibur hati kepada Nabi Muhammad saw, seperti firman Nya:

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ

"Maka janganlah engkau (wahai Muhammad) berdukacita disebabkan tuduhan-tuduhan mereka (terhadapmu). Sesungguhnya Kami sedia mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. " [Surah Yasin : 76]

Beberapa pengajaran penting :-

1. Beberapa ayat-ayat inii menjelaskan tanggung-jawab kefarduan; bukankah tidak setiap orang itu akan ditanya mengenai dosa masing-masing

2. Setiap manusia tertakluk dengan amalan masing-masing. Setiap apa yang dikerjakan dan setiap apa yang diberikan. Tidak ada GANJARAN melainkan dengan apa yang di AMALKAN dan dengan NIAT yang SOLEH.

3. Setiap amalan itu tidak kira baik atau buruk akan kekal atau memberi KESAN yang kekal di hari Kiamat, dan terpelihara sehinggalah di TIMBANG amalannya. Tidak akan terlepas sesuatu amalan pun dari pandangan Allah swt, baik perkara BAIK atau BURUK.

4, Allah swt akan menggandakan ganjaran kepada amalan baik (soleh) seseorang itu,

5. Ayat ini menjelaskan beberapa prinsip didalam persoalan menghadiahkan pahala membaca al-Quran kepada orang yang telah mati. Ayat ini menjelaskan bahawa amalan seseorang itu KHAS untuk dirinya.

6. Tidak ada seseorang pun boleh menjamin bahawa di tahu persoalan ghaib seperti isu pengampunan dosa seseorang. Tidak ada manusia yang boleh menjamin bahawa dia boleh mengampunkan dosa-dosa seseorang yang dahulu.

7. Agama Islam tidak membebankan seseorang itu dengan memikul DOSA seseorang yang lain, tidak seperti agama Kristian. WA.

Sekian, wassalam

0 comments:

Post a Comment