Feb 3, 2009

Al-Sunnah - Wahyu Kedua Selepas al-Quran

Al-Sunnah - Wahyu Kedua Selepas al-Quran

Firman Allah SWT:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى • إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحى

(Surah al-Najm:3–4)

Yang dimaksud Al-Sunnah di sini adalah Sunnah Nabi, iaitu segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari'at bagi umat ini. Termasuk didalamnya ‘apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah’ sebagaimana yang menjadi pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai pada tahap wajib’ yang menjadi istilah ahli fiqh [Lihat Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fi al-Aqa'id wa al-Ahkam karya al-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, hal. 11].

Al-Sunnah atau al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW:

“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Qur’an dan (sesuatu) yang serupa dengannya.” -iaitu al-Sunnah-,
(Riwayat Abu Dawud dan yang lainnya dengan sanad yang shahih) [Abu Dawud (no.4604), juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130].

Para ulama juga menafsirkan firman Allah SWT:

“…dan supaya mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah”
[Surah al-Baqarah, ayat 129]

Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah al-Sunnah seperti diterangkan oleh Imam al-Syafi'i, “Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur’an yang dimaksud adalah al-Sunnah.” Demikian pula yang ditafsirkan oleh para ulama yang lain. [Lihat Al-Madkhal Li Dirasah al-'Aqidah al-Islamiyah karya Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan, hlm. 24].

0 comments:

Post a Comment